Jumat, 03 Agustus 2012

KONDISI KESEHATAN DAN KEPERAWATAN DI TIMOR LESTE

Masih ingat Timor Timur yang pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia hingga tahun 1999? Benar sekali, sekarang dikenal dengan Timor-Leste yang menempati separuh dari pulau Timor dengan luas 14,610 km persegi terbagi atas 13 distrik, 67 sub-distrik, 498 desa (suco) dan 2336 dusun (aldeias). Timor-Leste berpenduduk 1,015,187 pada tahun 2006. Lima puluh lima persen penduduk bertempat tinggal di wilayah tengah, 20% di wilayah barat dan 25% di wilayah timur Timor-Leste. Dua kota besar adalah Dili dan Baucau yang dihuni sekitar 29% penduduk, sedangkan 70% tinggal di daerah pedesaan. Terdapat 16 bahasa daerah, namun bahasa utama yang digunakan adalah Tetum. Dua dari lima orang penduduk dalam kondisi miskin, pada umumnya penduduk yang tinggal di perdesaan terutama di wilayah barat. Dua puluh persen penduduk hanya berpenghasilan US$1 per hari dan lebih dari 60% kurang dari US$2 yang diperberat dengan tingginya angka pengangguran (43%). Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian dan kesakitan pada penduduk Timor-Leste. Data terakhir, Timor-Leste menempati urutan ke 142 dari 177 negara untuk Human Development Index (MoH, 2007) Di antara indikator kesehatan, ternyata angka kematian bayi, angka kematian balita dan angka kematian ibu menunjukkan status kesehatan penduduk yang memprihatinkan. Angka Kematian Bayi 88 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Neonatal 33 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita adalah 130 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi dan balita yang tinggi merupakan akibat dari tingginya proporsi anak yaitu lebih dari separuh yang meninggal sebagai akibat dari malnutrisi atau gizi buruk, serta kurang dari seperempat anak anak dengan gejala demam atau ISPA/ARI dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang memadai (BSP, 2007; MoH, 2007). Timor-Leste merupakan salah satu Negara dengan Angka Kematian Ibu tertinggi di wilayah Asia Tenggara, dengan estimasi hingga 880 ibu meninggal dalam 100,000 kelahiran hidup. Dari sekitar 45,000 persalinan setiap tahun, sekitar 400 orang meninggal, yang berarti lebih dari satu orang ibu melahirkan yang meninggal setiap hari (BSP, 2007). Penyebab utama tingginya kematian ibu adalah karena masalah yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan kelahiran bayi. Kondisi ini diperberat dengan besarnya proporsi ibu hamil (90%) yang melahirkan di rumah dan hanya ditolong oleh tenaga tidak terampil seperti dukun beranak yang tidak saja menimbulkan kematian pada ibu, tapi juga pada neonatus/bayi. Satu dari 16 orang perempuan Timor meninggal selama kehamilan. Selain angka kematian yang tinggi pada bayi, balita dan ibu, angka kesakitan penduduk juga cukup tinggi, terutama tuberculosis, penyakit yang ditularkan melalui vektor, yaitu malaria, demam berdarah dan STI serta HIV/AIDS. Tuberkulosis merupakan penyakit endemik di Timor-Leste, dengan estimasi 140 kasus tuberculosis untuk setiap 100,000 penduduk. Dilaporkan bahwa lebih dari 20-25% konsultasi di fasilitas kesehatan berhubungan langsung dengan penyakit akibat nyamuk. Malaria falcifarum dan malaria vivax dicermati lebih kurang sama, sedangkan Demam berdarah terjadi pada epidemik sporadik. Begitu pula tentang masalah HIV/AIDS, walaupun data kurang adekuat, namun tingkat perilaku yang berpotensi beresiko menunjukkan bahwa masalah ini akan mempengaruhi semua usia. Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh tenaga kesehatan adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan. Ketika kunjungan rumah pada pasien dengan masalah TBC di Aileu Vila, kondisi rumah yang memprihatinkan dengan luas ruang yang amat terbatas. Rumah terlalu sempit untuk dihuni keluarga besar, kurang ventilasi dan sinar matahari langsung yang bisa masuk ke dalam rumah, serta lingkungan rumah yang kotor, ditambah lagi dengan perilaku hidup sehat yang belum dimiliki. Kebiasaan hidup yang kurang mendukung kesehatan, seperti tidak pernah menjemur kasur langsung di bawah sinar matahari, kebersihan lingkungan dalam dan luar rumah tidak dipelihara dengan baik, membuang sampah sembarangan dan tidak menerapkan prinsip prinsip pencegahan penyakit dari seorang anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain. Program DOTS yang tidak diimplementasikan secara benar, yaitu dengan temuan kasus TB paru pada saat hari libur, pasien tidak diberi obat. Masalah kesehatan dan risiko gangguan kesehatan yang sama, juga ditemukan di Kecamatan Remexio saat kunjungan langsung pada September 2007. Terdapat banyak kasus kurang gizi pada semua kelompok umur, khususnya anak anak dan perempuan. Kelemahan karena ketidaktahuan sebagai akibat dari tingginya angka buta aksara atau rendahnya pendidikan dari sebagian besar penduduk mempengaruhi kemampuan untuk memahami akibat dari perilaku yang beresiko tinggi. Praktik budaya yang membahayakan seperti disparity dalam proses pengambilan keputusan dan perilaku yang negatif untuk memperoleh pelayanan kesehatan tampak mengkontribusi pada tidak optimalnya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Perempuan juga memiliki status yang rendah dalam keluarga, ditambah lagi dengan beban kerja dan tanggung jawab rumah tangga yang berat. Pemerintah Timor-Leste komit untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas secara efisien dan efektif dalam upaya mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami penduduk. Kementrian Kesehatan telah menginisiasi program pembangunan nasional kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan MDGs yang ditargetkan pada tahun 2015. Program kesehatan nasional yang sudah ditetapkan Pemerintah Timor-Leste adalah: 1. Program Kesehatan Ibu dan Anak yang mencakup pelayanan obstetrik darurat dasar, asuhan esensial pada bayi baru lahir, Manajemen Terpadu Balita Sakit (IMCI), pilihan pelayanan kesehatan reproduktif. 2. Program promosi, perlindungan dan pencegahan yang mencakup; program imunisasi nasional, penggunaan kelambu, pendidikan tentang nutrisi dan promosi untuk pertumbuhan dan gizi sehat, kesehatan jiwa, alkohol, penyalahgunaan obat dan tembakau, STIs, HIV/AIDS, perawatan mata, perawatan mulut, air minum yang aman dan pengamanan makanan, vitamin A dan suplemen zat besi serta yodium. 3. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Epidemik. 4. Program Manajemen Terpadu beberapa Penyakit tertentu, seperti; Malaria, Demam berdarah, HAST [STIs & HIV/AIDS & TB], Lepra, Infeksi Saluran Pernafasan, diare, penyakit parasit, hipertensi dan diabetes, penyakit terkait dengan kebiasaan merokok. 5. Pelayanan darurat pada kasus trauma dan kecelakaan, seperti; kecelakaan lalu lintas, kecelakaan di rumah dan tempat kerja. Program kesehatan nasional yang sudah dicanangkan dan secara bertahap diimplementasikan oleh Pemerintah Timor-Leste memerlukan manajemen dan dukungan berbagai sumber secara memadai. Pencapaian target amat tergantung pada ketersediaan berbagai bentuk pelayanan, termasuk pelayanan keperawatan. Peran pelayanan keperawatan amat penting terhadap kinerja sistem pelayanan kesehatan nasional dalam kerangka tiga fungsi inti, yaitu stewardship, ketersediaan sumber, dan pemberian pelayanan. Pentingnya jumlah tenaga pemberi pelayanan keperawatan yang memadai, dan tingkat kompetensi serta distribusi perawat, perlu digarisbawahi, karena kelompok tenaga kesehatan ini merupakan komponen infrastruktur bagi pelayanan kesehatan yang esensial. Perawat sebagai tenaga kesehatan terbesar dengan karakteristik asuhan keperawatan yang konstan, kontinyu, koordinatif dan advokatif, yaitu bekerja secara dekat dan terus menerus dengan komunitas yang membutuhkan bantuan pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Pemerintah Timor-Leste memerlukan sejumlah perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan dan bekerja dalam tim kesehatan pada tiap tatanan dan tingkat pelayanan kesehatan, terutama untuk mensukseskan program kesehatan nasional yang memberikan manfaat optimal kepada masyarakat. Rasio rata rata perawat yang bekerja di 13 distrik adalah 1:2,106. Tantangan yang dihadapi oleh perawat yaitu bekerja tanpa persiapan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk dapat menganalisis secara kritis masalah kesehatan dan membuat keputusan yang tepat. Ini diperberat dengan sistem pendukung yang kurang memadai, kondisi kerja yang kurang kondusif. Selain itu, sistem rujukan serta perencanaan pemulangan pasien yang dirawat di rumah sakit ke rumah atau masyarakat yang kurang efisien dan efektif. Hal lain yang akan berpengaruh pada kualitas sistem pendidikan adalah keterbatasan sumber pembelajaran baik di kampus maupun di rumah sakit dan komunitas, serta contoh peran dan sistem supervisi, praktik klinik dan lapangan yang belum memadai untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang baik berdasarkan kode etik dan benar sesuai dengan standar praktik profesi. Pengembangan tenaga keperawatan di Timor-Leste melalui persiapan perawat dengan pengetahuan ilmiah, keterampilan dan sikap professional serta dengan berorientasi pada pelayanan kesehatan bagi komunitas, dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak untuk menunjukkan model asuhan yang berkualitas, inovatif dan terjangkau untuk menanggapi masalah kesehatan dan menjalankan program kesehatan bagi penduduk rawan dan miskin. Dengan peran penting perawat dalam sistem pelayanan kesehatan komunitas, maka jelas bahwa perawat dan bidan perlu disiapkan dengan keterampilan kepemimpinan dan manajemen yang diperlukan untuk mempengaruhi kebijakan strategik dan proses pengambilan keputusan tidak saja melalui pelatihan, tetapi juga dengan pendidikan formal. Berdasarkan Dekreto lei nomor: 5/2003/31-12 tentang Pembentukan dan Pengembangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Selain itu ada juga Dekreto lei No. 2/2005/31-5 tentang Pengembangan Institute of Health Sciences atau Institut Ciencia da Saude oleh Konsil Kementerian yang menetapkan salah satu fungsi dari ICS adalah mendidik tenaga kesehatan. Kerangka kerja manajemen ketenagaan keperawatan dan kebidanan yang dikenalkan oleh WHO sebagai kerangka kerja komprehensif untuk menyelesaikan masalah sumber daya manusia sebagaimana disajikan dalam gambar 1 merupakan pendekatan terintegrasi untuk memantapkan dan mempercepat jumlah perawat dan bidan melalui program pendidikan yang berkualitas. Paradigma ini menjastifikasi perlunya kurikulum Diploma Keperawatan yang baru yang dirancang untuk pelayanan kesehatan tidak hanya di rumah sakit, tapi juga di komunitas. Kurikulum ini diimplementasikan oleh Program Studi Diploma Keperawatan yang ditubuhkan pada ICS/IHS (Institute of Health Sciences). Di Timor-Leste belum terdapat pendidikan tinggi keperawatan. Menurut data AETL (Asosiasi Perawat Timor-Leste) yang pernah disebut sebagai PPNI Timor Timur, terdapat 1,080 orang perawat dengan pendidikan paling rendah yaitu SPK sebanyak 965 orang, Diploma III sebanyak 103 orang dan Sarjana Keperawatan 9 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Timor Leste 1,015,187, maka jumlah perawat yang dibutuhkan masih kurang. Belum lagi kualifikasi sebagaian besar perawat masih rendah atau setara SMA. Berdasarkan hasil pengkajian langsung ke HNGV (Hospital Nacional Guido Valadares) atau Dili National Hospital, maka profil ketenagaan keperawatan adalah total 283 orang perawat yang terdiri dari 261 orang (92%) SPK, 21 orang (7.4%) Diploma III Keperawatan dan hanya 1 orang yang berlatar belakang pendidikan Sarjana Keperawatan. Menurut data ketenagaan keperawatan pada 7 Distrik (Ainaro, Dili, Lautem, Liquica, Manatuto, Oe-cusse) terdapat total 205 orang perawat yang melayani 430,959 penduduk di pelayanan kesehatan CHC, HP dan Mobile Clinic. Berarti terdapat perbandingan perawat dan penduduk pada 7 Distrik tersebut adalah 1 : 2102. Angka ini tidak jauh berbeda dengan yang ditulis dalam BSP (2007), yaitu 1 perawat untuk 2,106 penduduk Timor Leste. Kondisi ketenagaan keperawatan pada tiap tatanan pelayanan kesehatan menunjukkan masih sangat kurangnya perawat baik dalam jumlah dan kualifikasi. Jika dibandingkan dengan standar rasio Perawat: Penduduk di Thailand yaitu 1:400 dan standar ICN (International Council of Nurses) adalah 1: 250. Ini merupakan tantangan besar bagi Pemerintah Timor-Leste untuk memenuhi kebutuhan perawat yang bekerja di tiap tatanan pelayanan kesehatan. Memang pernah ada pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan dasar pendidikan umum 9 tahun (SMP/SLP) ditambah 3 tahun pendidikan keperawatan kesehatan dasar yang diorientasikan untuk bekerja di komunitas. Perawat lulusan Diploma III Keperawatan dan SKep/Ners, pada umumnya lulusan dari sistem pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia. Berdasarkan kebutuhan Timor-Leste, maka pendidikan Diploma III Keperawatan walaupun dengan dasar pendidikan keperawatan umum atau generalis dan mampu bekerja pada tiap tatanan pelayanan kesehatan, namun difokuskan pada kebutuhan perawat untuk bekerja di komunitas (Community Health Center, Health Post, and Mobile Clinic), serta memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan di rumah penduduk. Melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan pesan moral; pertama…, dimanapun kita berada sebagai perawat professional kita bertanggungjawab moral untuk membangun profesi keperawatan, tidak terkecuali untuk Timor-Leste. Kedua…belajar dari situasi di Negara lain, kita akan lebih mampu menghargai perkembangan di Negara kita dan kontribusi yang sudah kita lakukan untuk profesi keperawatan, apabila kita mengetahui bahwa ada bagian lain dari dunia ini dengan kondisi perkembangan keperawatan dan kesehatan yang lebih terbelakang dari yang ada di Indonesia. Sebagai refleksi pengembangan program pendidikan Diploma III keperawatan yang baru akan dimulai 2008 di Timor Leste, sudah kita miliki sejak tahun 1962 yaitu 46 tahun yang lalu. Mari kita sambut Program Doktor Keperawatan yang akan segera dibuka di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Namun ingat…., apapun tingkat pendidikan anda…..anda tetap perawat/Ners Indonesia dan….tentunya dengan himbauan moral bahwa kita semua adalah anggota Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang kita cintai.

Sabtu, 21 Juli 2012

Pendidikan dan Perilaku Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberhasilan program pendidikan dan perilaku kesehatan sangat besar perananya guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan dan perilaku kesehatan ini harus didukung oleh semua pihak terutama masyarakatnya. Program pendidikan dan perilaku kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan tentunya menyadarkan mereka tentang pentingnya kesehatan itu sendiri. Kesehatan sendiri adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pendidikan dan perilaku kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarat , maka perlu dilakukan pendidikan ,khususnya ditujukan pada masyarakat.maka dari itu penulis tertarik mengambil judul makalah”PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN” 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan judul makalah ini maka rumusan masalahnya adalah prinsip-prinsip pendidikan kesehatan,ruang lingkup pendidikan kesehatan,sub bidang keilmuan pendidikan kesehatan,metode pendidikan perilaku, alat bantu dan media pendidikan kesehatan, perilaku kesehatan, perubahan-perubahan perilaku, perubahan perilaku dan proses belajar,dan bentuk-bentuk perubahan perilaku. 1.3 Tujuan Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendidikan kesehatan masyarakat serta hal-hal yang berkaitan tentang pendidikn dan perilaku kesehatan. 1.4 Manfaat Manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Agar masyarakat mengetahui tentang pendidikan dan perilaku kesehatan 2. Agar masyarakat mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan ( prinsip-prinsip pendidikan kesehatan, ruang lingkup pendidikan kesehatan, sub bidang keilmuan pendidikan kesehatan, metode pendidikan perilaku, alat bantu dan media pendidikan kesehatan, perilaku kesehatan, perubahan-perubahan perilaku,perubahan perilaku dan proses belajar, dan bentuk-bentuk perubahan perilaku ) BAB II ISI 2.1 Prinsip-prinsip pendidikan kesehatan Pendidikan kesahatan sangat penting untuk menunjang program –program kesehatan yang lain.akan tetapi pernyataan ini tidak didukung dengan kenyataan yang ada. Karena program pelayanan kesehatan yang ada kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan merupakan ‘behavioral investment’ jangka panjang.Artinya pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terd=hadap indikator kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan perpengaruh pada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact)dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Berbeda dengan program kesehatan yang lain,terutama program pengobatanyang langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan. 1. Peranan Pendidikan Kesehatan Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu,kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dan sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan. 2. Konsep Pendidikan Kesehatan Konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok / masyarakat. Konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan, dll. 3. Proses Pendidikan Kesehatan Prinsip pokok pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Dalam kegiatan belajar ada tiga masalah pokok,yakni persoalan masukan (input), proses dan persoalan pengeluaran ( out put ). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ada 4 kelompok yaitu: faktor materi(bahan belajar), lingkungan, instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardwere) seperti perlengkapan belajar,alat-alat peraga, dan perangkat lunak (softwere) seperti fasilitator belajar,metode belajar,organisasi,dll. 2.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendididkan, dimensi tempat pelaksanaan atau apikasinya,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dimensi sasaran pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok: 1. Pendidikan kesehatan individual 2. Pendidikan kesehatan kelompok 3. Pendidikan kesehatan masyarakat Dimensi tempat pelaksanaanya,pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat,misal di sekolah, rumah sakit, di tempat-tempat kerja, dll Dimensi tingkat pelayanan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan. a. Promosi kesehatan (health promotion) b. Perlindungan khusus (specific protection) c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prampt treatment) d. Pembatasan cacat (Disability limitation) e. Rehabilitasi (rehabilitation) 2.3 Sub Bidang Keilmuan Pendidikan Kesehatan Usaha intervensi perilaku diarahkan pada 3 faktor pokok, yakni faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Strategi untuk pendekatan faktor tersebut berbeda-beda. Dari perbedaan strategi tersebut mengakibatkan dikembangkannya mata ajaran – mata ajaran atau sub disiplin ilmu sebagai bahan dari pendidikan kesehatan. Mata ajaran tersebut adalah: 1. Komunikasi 2. Dinamika Kelompok 3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM) 4. Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKDM) 5. Pemasaran Sosial (Social Marketing) 6. Pengembangan Organisasi 7. Pendidikan dan Pelatihan ( Diklat) 8. Pengembangan Media ( Teknologo Pendidikan Kesehatan) 9. Perencanaan dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan 10. Antropologi Kesehatan 11. Sosiologi Kesehatan 12. Psikologi Sosial 2.4 Metode Pendidikan Perilaku Pada hakikatnya pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat ,kelompok atau individu. Beberapa metode pendidikan individual, kelompok, dan massa (public). a. Metode pendidikan individual (perorangan) Bentuk dari pendekatan pendidikan ini adalah bimbingan dan penyuluhan, dan wawancara. b. Metode pendidikan kelompok Metode pendidikan kelompok ,harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Metode tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.Kelompok besar bisa menggunakan metode ceramah dan seminar. Sedangkan kelompok kecil bisa dengan, 1. Diskusi kelompok 2. Curah pendapat (Brain Storming) 3. Bola salju (Snow Balling) 4. Kelompok kecil –kecil ( Bruzz Group) 5. Memainkan peranan (Role Play) 6. Permainan simulasi( Simulation Game) c. Metode pendidikan massa ( public) Pendekatan yang bisa dilakukan dengan metode ini adalah: 1. Ceramah umum (Public Speaking) 2. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik tv maupun radio 3. Simulasi 4. Sinetron 5. Tulisan- tulisan dimajalah atau koran 6. Bill Board 2.5 Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan a. Alat bantu lihat.Alat bantu lihat ini dibagi menjadi 2: 1. Alat yang diproyeksikan (slide, film,film strip,dll) 2. Alat- alat yang tidak diproyeksikan ( gambar peta, bola dunia,dll). b. Alat- alat bantu dengar ,misalnya piringan hitam,radio, pita suara,dll. c. Alat bantu lihat- dengar, seperti televisi dan radio cassette Media pendidikan kesehatan adalah alat bantu pendidikan (AVA). Media pendidikan sendiri dibagi menjadi 3 yaitu: media cetak, media elektronik, Alat bantu pendidikan adalah alat –alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Macam- macam alat bantu: papan media (bill board). 2.6 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan, serta lingkungan.perilaku kesehatan mencakup : a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit Yaitu bagaimana manusia berespons,baik secara pasif maupun aktif. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini ada tingkat pencegahannya antar lain: 1. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan 2. Perilaku pencegahan penyakit 3. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan 4. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan Respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. c. Perilaku terhadap makanan Respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur yang terkandung didalamnya,dll. d. Perilaku tehadap lingkungan kesehatan Perilaku ini antara lain mencakup: 1. Perilaku sehubungan dengan air bersih 2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor 3. Perilaku sehubungan dengan limbah 4. Perilaku sehubungan dengan rumah sehat 5. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang- sarang nyamuk 2.7 Perubahan -Perubahan Perilaku Hal terpenting dalam pembentukan perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku.antara lain: a) Teori Stimulus-Organisme-Respon(S-O-R) Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang ( stimulus) yang berkomunikasi organisme. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada diri individu yang terdiri dari: 1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. 2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme ( diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. 3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimany ( bersikap). 4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku) b) Teori Festinger (Dissonance Theory) Teori ini sama dengan konsep ‘im balance’( tidak seimbang).Keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali.Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu ,maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi,dan keadaan ini disebut’consenance’ ( keseimbangan). c) Teori Fungsi Teori perubahan perilaku ini tergantung pada keutuhan.Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan oranng tersebut.Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan .Katz berasumsi bahwa: 1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental,artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. 2. Perilaku dapat berfungsi sebagai ‘Defence mecanism’ atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. 3. Perilaku sebagai penerima objek dan memberikan arti 4. Perilaku berfunsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. d) Teori Kurt Lewin Perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan- kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan- kekuatan penahan (restrining forces).Ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang, yakni: 1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat 2. Kekuatan- kekuatan penahan menurun 3. Kekuatan pendorong meningkat ,kekuatan pendorong menurun 2.8 Perubahan Perilaku dan Proses Belajar Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan.Cara yang kedua inilah yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya dan perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan ini melalui suatu proses ,yakni proses belajar.Oleh sebab itu,perubahan perilaku dan proses belajar itu sangat erat kaitannya .Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar. 2.9 Bentuk- bentuk perubah perilaku Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi.Bentuk perubahan perilaku menurut WHO ada 3 yaitu: 1. Perubahan alamiah (natural change) Perubahan disebabkan karena kejadian alamiah . 2. Perubahan rencana (planned change) Perubahan yang terjadi memang karena sudah direncanakan sendiri oleh subjek. 3. Kesediaan untuk berubah (Readiness to change) Dalam hal ini masyarakat mempunyai kesediaan berubah yang berbeda-beda. . Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO ,antara lain: a. Menggunakan kekuatan /kekuasaan atau dorongan Perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan ( berperilaku) seperti yang diharapkan.Hal ini dapat dilakukan dengan adanya peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. b. Pemberian informasi Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan informasi-informasi tentang cara mencapai hidup sehat,cara memelihara kesehatan,dll. c. Diskusi dan Partisipasi Disini pemberian informasi sifatnya tidak searah saja,tetai dua arah.hal ini berarti masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi melaui diskusi -diskusi tentang informasi yang diterimanya BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Teori pendidikan dan perilaku kesehatan merupakan acuan atau panduan dalam melakukan pendidikan dan pembentukan perilaku sehat, guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan mnunjang aspek perilaku yang lain. Dimana dalam proses pendidikan tersebut terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan dan perilaku kesehatan ini meliputi: prinsip- prinsip pendidikan kesehatan, ruang lingkup pendidikan kesehatan, sub bidang keilmuan pendidikan kesehatan, metode pendidikan perilaku, alat bantu dan media pendidikan kesehatan, perilaku kesehatan, perubahan- perubahan perilaku, perubahan perilaku dan proses belajar, bentuk- bentuk perubahan perilaku.

Asuhan Kebidanan Pada Ibu D.M Umur 30 Tahun Dengan G8P5A2, UK 33 Minggu, Dengan Plasenta Previa di Ruang Maternidade Hospital Referal Maubisse-Ainaro

Oleh : Kelompok II Francisco Fernandes Pinto, Luzia de Jesus Amaral , Jose da Silva, Durbalina O. de Jesus, Olandina M. Lopes, Domingos Morreira, Armando, Venancio Gomes, UNINERSIDADE NASIONAL TIMOR LOROSA’E MEDICINA CIÊNÇIAS DE SAÚDE DILI, TIMOR LESTE 2011   KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu D.M Umur 30 Tahun Dengan G8P5A2, UK 33 Minggu, Dengan Plasenta Previa di Ruang Maternidade Hospital Referal Maubisse-Ainaro”. Banyak kesulitan dan hambatan yang di temui penulis dalam pembuatan askeb ini, namun berkat dukungan dan bantuan dari banyak pihak, akhirnya semua kesulitan dapat teratasi dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan, baik secara langsung maupun tidak langsung demi tersusunnya ini yaitu : 1. Bapak Jose Ximenes, S.Kep, selaku Coordinadator Program Diploma III Keperawatan dan juga sebagai pembimbing. 2. Rekan-rekan mahasiswa/i Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis yang terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membanggun sangat penulis harapkan. Dili, 01 September 2011 Penulis   DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penulisan 2 1.2.1 Tujuan Umum 2 1.2.2 Tujuan Khusus 2 1.4 Manfaat Penulisan 3 1.5 Ruang Lingkup Penulisan 3 1.6 Sistematik Penulisan 3 BAB II TINJAUAN TEORITIS 5 2.1 Konsep Dasa Medis 5 2.1.1 Pengertian 5 2.1.2 Klasifikasi Plasenta Previa 5 2.1.3 Etiologi 6 2.1.4 Manifestasi Klinis 6 2.1.5 Patofisiologi 7 2.1.6 Komplikasi 7 2.1.7 Penatalaksanaan Medis 8 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 8 2.2.1 Pengkajian Keperawatan 8 2.2.2 Diagnosa Keperawatan 9 2.2.3 Intervensi dan Rasional 9 BAB III TINJAUAN KASUS 14 3.1 Pengkajian 14 3.2 Pemeriksaan Kebidanan 20 3.3 Intrepretasi Data 21 3.4 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial 21 3.5 Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera Kolaborasi 21 3.6 Perencanaan Komprehensif 21 3.7 Pelaksanaan 22 3.8 Evaluasi 26 BAB IV PENUTUP 26 2.1 Kesimpulan 26 2.2 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA   BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu. Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya. Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : a. Menjelaskan Konsep Dasar dari Plasenta Previa b. Membuat Asuhan Keperawatan dari Plasenta Previa 1.3 TUJUAN PENULISAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana terjadinya plasenta previa pada seorang ibu pada umumnya. 1.3.2 Tujuan Khusus 1). Untuk menjelaskan pengertian plasenta previa 2). Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya plasenta previa 3). Untuk mengetahui tanda dan gejala dari plasenta previa 4). Untuk mengklasifikasikan jenis-jenis plasenta previa 5). Untuk mempermudah dalam pemberian terapi pada pasien dengan plasenta previa 6). Untuk membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan plasenta previa 1.4 MANFAAT PENULISAN 1.4.1 Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai bahan atau pedoman untuk penelitian selanjutnya oleh mahasiswa/i Universidade Nasional Timor Lorosa’e dan memberi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi peserta didik. 1.4.2 Bagi Lokasi Praktek (Hospital Referral Maubisse) Memberikan masukan bagi petugas kesehatan dalam pelaksanaan, pemberian pelayanan kesehatan pada komunitas. 1.4.3 Bagi Kelompok Penulis Menambah wawasan dan memperluas ilmu pengetahuan bagi kelompok penulis serta dalam pengembangan diri masing-masing dalam melakukan Asuhan Kebidanan pada pasien dengan Plasenta Previa. 1.5 RUANG LINGKUP PENULISAN Dalam penulisan laporan ini, karena keterbatasan kemampuan penulis dan referensi, maka penulis membatasi pada pembahasan seputar “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU D.M UMUR 30 TAHUN DENGAN G8P5A2, UK 33 MINGGU, DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUANG MATERNIDADE HOSPITAL REFERAL MAUBISSE - AINARO” ” 1.6 SISTEMATIK PENULISAN Adapun sistematik penulisan asuhan kebidanan ini terdiri dari empat bab yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang : latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematik penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Bab ini menjelaskan tentang : konsep dasar medis yaitu pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan teoritis. BAB III : TINJAUAN KASUS Bab ini menjelaskan tentang : pengkajian, pemeriksaan kebidanan, intrepretasi data, indentifikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan akan tindakan segera kolaborasi, perencanaan komprehensif, pelaksanaan dan evaluasi. BAB IV : PENUTUP Bab ini menjelaskan tentang : kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA   BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 KONSEP DASAR MEDIS 2.1.1 PENGERTIAN Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000). Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. (Prawiroharjo, 1992). Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim (Cunningham, 2006). 2.1.2 KLASIFIKASI PLASENTA PREVIA Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu : a. Plasenta previa totalis , apabila seluruh pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta . b. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta . c. Plasenta previa marginalis , apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis) d. Plasenta letak rendah , apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. 2.1.3 ETIOLOGI Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup: 1. Perdarahan (hemorrhaging) 2. Usia lebih dari 35 tahun 3. Multiparitas 4. Pengobatan infertilitas 5. Multiple gestation 6. Erythroblastosis 7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya 8. Keguguran berulang 9. Status sosial ekonomi yang rendah 10. Jarak antar kehamilan yang pendek 11. Merokok 2.1.4 MANIFESTASI KLINIS Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : 2. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang. 3. Darah biasanya berwarna merah segar. 4. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas. 5. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin. 6. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. 2.1.5 PATOFISIOLOGI 2.1.6 KOMPLIKASI Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut : 1) Pada ibu dapat terjadi : o Perdarahan hingga syok akibat perdarahan o Anemia karena perdarahan o Plasentitis o Endometritis pasca persalinan 2) Pada janin dapat terjadi : o Persalinan premature o Asfiksia berat 2.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu : 1). Kaji kondisi fisik klien 2). Menganjurkan klien untuk tidak coitus 3). Menganjurkan klien istirahat 4). Mengobservasi perdarahan 5). Memeriksa tanda vital 6). Memeriksa kadar Hb 7). Berikan cairan pengganti intravena RL 8). Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature 9). Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan 2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1). Pengkajian Keperawatan Sirkulasi  Perdarahan vagina tanpa nyeri (jumlah tergantung pada apaka previa marginal, parsial,atau total): Prdarahan besar dapat terjadi selama persalinan. Seksualitas  Tinggi fundus 28 cm atau lebih.  Djj dalam batas yang normal (DBN)  Janin mungkin melingtang atau tidak turun.  Uterus lunak. Pemeriksaan diagnostik.  HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih(SDP), penurunan  Hb dan Ht.  USG ; Menetukan letak plasenta. 2). Diagnosa Keperawatan a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan. b. Perubahan perpusi jaringan utero plasenta berhubungan dengan Hipovolemia. c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian (dirasakan atau aktual) pada diri sendiri, janin. d. Resiko tinggi cedera (ibu) berhubungan dengan hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan sistem imun. 3). Intervensi dan Rasional a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan. Tujuan dan Kriteria hasil : Mendemostrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual. Intervensi dan rasional 1. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas. Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah. 2. Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus. Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme (yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan 3. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg. Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon. 4. Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok 5. Hindari pemeriksaan rectal atau vagina Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi. 6. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi. Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syock. 7. Siapkan untuk kelahiran sesaria. Rasional: Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup. b. Perubahan perpusi jaringan utero plasenta berhubungan dengan Hipovolemia. Tujuan dan kriteria hasil : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST). Intervensi dan rasional 1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah. Rasional : Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta. 2. Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas Rasional : Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi. 3. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri. Rasional : Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen. 4. Berikan suplemen oksigen pada klien Rasional : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin. 5. Ganti kehilangan darah/cairan ibu. Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen. 6. Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat. Rasional : Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin. c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian (dirasakan atau aktual) pada diri sendiri, janin. Tujuan dan kriteria hasil : Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin, dan masa depan kehamilan, mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.  Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.  Melaporakan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan ketakutan. Intervensi dan rasional 1. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan. Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi. 2. Pantau respon verbal dan nonverbal klien/pasangan. Rasional : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan. 3. Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif. Rasional : Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien untuk mengembangkan solusi sendiri. 4. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan jujur. Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. 5. Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala. Rasional : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control terhadap situasi. d. Resiko tinggi cedera (ibu) berhubungan dengan hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan sistem imun. Tujuan dan kriteria hasil : Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi DBN normal. Intervensi dan rasional : 1. Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok Rasional : Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi 2. Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan. Rasional : Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi. 3. Catat masukan/haluaran urin. Catat berat jenis urin. Rasional : Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin. 4. Berikan heparin, bila diindikasikan. Rasional : Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untukmemblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan. 5. Berikan antibiotic secara parenteral. Rasional : Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.   BAB III TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN A. Identitas/Biodata Nama Ibu : Ny “D.M” Nama Suami : Tn “M.D” Umur : 30 tahun Umur : 32 tahun Suku/bangsa : Mambae Suku/Bangsa : Mambae Agama : Katolik Agama : Katolik Pendidikan : Buta huruf Pendidikan : Buta huruf Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani Alamat Rumah : Rita/Maulau Alamat kantor : - Telepon : - Telepon : - B. Anamnesa (Data Subyektif) Pada tanggal 04 Agustus 2011 Pukul : 11.50 0tl 1. Alasan kunjungan ini : Rutin 2. Keluhan-keluhan : ibu mengatakan perdarahan pervaginam, lemas, pusing. 3. Riwayat sosial : • Kehamilan ini : Direncanakan-diterima • Perasaan tentang kehamilan ini : Senang menerima kehamilan ini atau merasa bahagia. • Jenis kelamin yang diharapkan : ibu mengatakan terima apa adanya (laki-laki atau perempuan). • Status perkawinan : Menikah • Kawin I : Umur 17 tahun Dengan suami umur : 23 tahun Lamanya 12 tahun anak 5 orang abortus 2 x • Susunan keluarga : Suami, Istri, anak, tante dan adik-adiknya. • Lingkungan rumah : ada kandang babi disamping rumah, kamar mandi tidak ada. • Perilaku kesehatan : Merokok : Tidak Alkohol : Tidak Narkoba : Tidak 4. Riwayat Obsteri a. Riwayat Haid HPHT : 11-01-2011 Haid bulan sebelumnya : 09-12-2010 Haid pertama : Umur 14 tahun Teratur Siklus : 28 hari Lamanya : 5 hari Banyaknya : 3 kali ganti softex Sifat darah : Merah (Encer) Dismenorrhoe : Positif (+) b. Riwayat kehamilan Tafsiran persalinan : 18-10-2011 Keluhan-keluhan pada : Trimester I : Pusing, mual-mual Trimester II : Mual berkurang, terasa bayi bergerak, terasa sakit diperut bagian bawah Trimester III : Merasa sakit pinggang, terasa sakit diperut bagian bawah, merasa sesak, sering BAK, jalan terasa kecapeian. Pergerakan anak pertama kali : hamil 20 minggu Bila pergerakkan sudah terasa, pergerakkan anak dalam 24 jam : < 10 x 10 x – 20 x > 20 x Bila lebih dari 20 x dalam 24 jam, dengan frekuensi <15 >15 5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu G8A2P5AH5 No Kehamil-an ke TGL lahir bayi Usia kehamil-an Tempat persalinan Jenis persalinan Kompli-kasi persalin-an Penol-ong Jenis kelamin BB PB TB Keadaan bayi nifas 1 I 03/03/195 15 mgg - Abortus - - - - - 2 II 06/12/1996 39 mgg Rumah Spontan - Bidan ♀ Normal - 3 III 24/05/1998 38 mgg Rumah Spontan - Bidan ♂ Normal - 4 IV 09/08/2000 12 mgg Rumah Abortus - - - - - 5 V 28/01/2003 39 mgg Rumah Spontan - Bidan ♂ Normal - 6 VI 20/06/2005 40 mgg Rumah Spontan - Bidan ♀ Normal - 7 VII 09/04/2008 40 mgg Rumah Spontan - Bidan ♂ Normal - 8 VIII 05/08/2011 33 mgg HR. Maubisse Secio caesariana Plasenta previa Dokter spsecialis Ginekologi, bidan & mahasiswa/i AKPER INS ♀, 2500 gr, 46 cm Normal 6 hari rawat 6. Riwayat keluarga berencana : pasien mengatakan belum pernah mengikuti KB 7. Riwayat kesehatan : • Penyakit yang pernah diderita : Penyakit Klien Keluarga Jantung Tidak Tidak Hepar Tidak Tidak DM Tidak Tidak P.H.S Tidak Tidak Campak Tidak Tidak Malaria Ya Ya TBC Tidak Ya • Keturunan kembar : tidak ada 8. Riwayat Kebiasaan a. Pola Makanan (sebelum hamil dan saat hamil mudah) : - Sebelum hamil : Pasien mengatakan didalam keluarganya terdapat banyak orang sehingga jika makanan cukup ia makan dan tidak cukup ya tidak makan. Makan 3 kali sehari dan kadang juga makan 1 kali sehari (jumlah porsinya : satu piring nasi, sayur, buah-buahan, minum susu). - Setelah hamil : Pasien mengatakan didalam keluarganya terdapat banyak orang sehingga jika makanan cukup ia makan dan tidak cukup ia tidak makan, namun ia selalu berusaha masak makanan lain seperti ubi untuk makan setelah hamil ia selalu makan sedikit-sedikit namun sering dan biasanya 3 makan. b. Pola Eliminasi : - Sebelum hamil : pasien mengatakan BAB 2 kali sehari, feces warnanya kuning, BAK ± 4-5 kali sehari. - Setelah hamil : pasien mengatakan BAB 2 kali sehari, feces berwarna kuning, BAK ± 5-6 kali. c. Personal Hygiene : - Sebelum hamil : pasien mengatakan mandi 1 hari mandi 1 x, sikat gigi sehabis mandi, ganti pakaian saat terasa lembab, cuci pakaian. - Setelah hamil : pasien mengatakan 1 hari mandi 1 kali, sikat gigi sehabis mandi, ganti pakaian terasa lembab. d. Aktivitas Sehari-Hari : - Sebelum hamil : pasien mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga pekerjaan yang biasa dilakukan seperti bekerja di kebun, memasak, mencuci, menyetrika, menyapu dan mengurus anak. - Setelah hamil : pasien mengatakan bekerja dikebun tetapi tidak terlalu memaksa diri, pakaian 3 hari baru cuci 1 kali. e. Pola Istirahat dan Tidur : - Sebelum hamil : pasien mengatakan siang ia tidak tidur karena kerja dikebun, dan tidur malam ± 7 jam, pukul 21.00-05.00 0tl. - Setelah hamil : pasien mengatakan siang kadang-kadang tidur jam 13.00-14.15 otl dan tidur malam 21.00-05.00 otl f. Seksualitas : - g. Imunisasi TT : Sudah, pasien mengatakan selama hamil ia sudah menerima imunisasi TT 1 x dan tanggal sudah lupa. C. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif) 1. Status emosional : Cemas, muka murung. 2. Tanda-Tanda Vital : • Tekanan darah : 127/77 mmHg Lilia : 21 cm • Denyut nadi : 80 x/menit TB : 158 cm • Pernafasan : 20 x/menit BB sebelum hamil: 57 kg • Suhu : 36,5 oC BB : 53 kg • SPO2 : 100 % 3. Kepala : Tidak ada bekas luka, tidak berketombe, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada benjolan. Rambut : Bersih, berwarna hitam lurus, tidak ada kutu. 4. Muka : Oedema : Tidak Conjungtiva : Merah dan tidak ada conjuntivitas Sklera mata : Bersih, putih dan tidak ikteris 5. Mulut a. Bibir : Tidak ada luka, tidak ada benjolan, tidak pecah-pecah. b. Gigi : Bersih, berwarna putih, jumlahnya lengkap 32, tidak ada karies c. Lidah : Kemerahan, tidak ada benjolan, tidak ada luka. 6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid 7. Dada : Simetris Aksila : Bersih, tidak ada bulu ketiak, tidak ada luka. Mamae : Bersih, bulat dan tidak ada kelainan. Benjolan : Tidak ada Striae : Ada sedikit pada perut Aerola : Hyperpigmentasi Puting susu : Menonjol 8. Pinggang (periksa ketuk : Costro Vertebra Angie tenderness) 9. Ektremitas Oedema tanggan dan jari : Tidak Oedema tibia, kaki : Tidak Betis merah/lembek/keras : Tidak Varices tungkai : Tidak Refleks patella kanan : Ada 10. Abdomen Bekas luka : Tidak Pembesaran perut : Sesuai dengan umur kehamilan Bentuk perut : bulat, memanjang, asimetris. Oedema : Tidak Acites : Tidak II. PEMERIKSAAN KEBIDANAN a. Palpasi : LI : TFU : 28 cm LII : PUKI, DJJ (+) LIII : Letak kepala LIV : Bagian terendah janin belum masuk PAP (Divergen) b. TBBJ (McDonald) : 28-11x155 = 2170 gr. c. Auskultasi : DJJ (+), terdengar diatas pusat d. Inpeksi : Normal e. Genitalia dan Vulva 1. Vulva dan Vagina a. Varices : (-) b. Luka : (-) c. Kemerahan : (-) d. Nyeri : (-) 2. Perinium : Bekas luka : (-) UJI DIAGNOSTIK Laboratorium tanggal : Tanggal : 04 Agustus 2011 a. Hematocrito : 23 % b. Hemoglobin :7,6 gr/L Tanggal : 05 Agusutus 2011 a. Hematocrito : 29 % b. Hemoglobin : 9,6 gr/L III. INTREPRETASI DATA a. Diagnosa : G8P5A2 UK 33 minggu, letak kepala Punggung Kiri (PUKI), janin tunggal. b. Kebutuhan : Informasi tentang :  Plasenta previa : Kontrol kesehatan ibu selama masa nifas Bagaimana untuk mencegah perdarahan dan infeksi pada ibu dan bayinya.  Cara perawatan payudara : Cara menyusui bayi yang baik dan benar Menu yang baik untuk ibu dan bayi Bagaimana untuk mencegah personal hygiene Cara untuk mengatur dan mengenal anemia Imunisasi untuk bayi IV. IDENTIFIKASI DIGANOSA DAN MASALAH POTENSIAL (G8P5A2 UK 33 minggu, letak kepala Punggung Kiri (PUKI), janin tunggal) V. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA KOLABORASI (Kolaborasi dengan tim dokter) VI. PERENCANAAN KOMPRENHENSIF Berikan informasi tentang :  Keadaan ibu dan janin  Cara meneran yang benar  Anjurkan ibu untuk makan dan minum  Libatkan keluarga untuk memberi dukungan  Anjurkan ibu untuk jalan-jalan  Anjurkan untuk beristrihat VII. PELAKSANAAN No Tgl / Jam Tindakan Pelaksana Paraf CI Mahasis-wa/i 1 04/08/2011 Pra-operasi - Memasan kateter - Infus Ringer Laktat 1000 mL 35 tts/menit - Ampicillin 1 gr -profilaksis IV. - Monitor TTV : TD : 127/69 mmHg N : 80 x/mnt P : 20 x/mnt S : 36 oC SPO2 : 100 % Post-operasi - Monitor infus - Monitor TTV : TD : 127/69 mmHg N : 79 x/mnt P : 21 x/mnt S : 36,5 oC SPO2 : 99 % - Monitor kateter (input soru + urine) = 500 cc dan output = 900 cc - Injeksi tramadol 50 mg IM, TID - Ampicilin 1 gr IV, QID Bidan dan mahasiswa 2 05/08/2011 - Monitor infus Ringer Laktat 1000 mL 20 tts/menit - Kateter urine 600 cc - Rawat luka (betadine + alkohol) - Ampicillin 1 gr IV, QID - Tramadol 50 mg IM, TID - Monitor TTV : TD : 127/70 mmHg N : 80 x/mnt P : 20 x/mnt S : 37 oC SPO2 : 100 % Bidan dan mahasiswa 3 06/08/2011 - Up infus - Up kateter - Antibiotik oral (amoxicillin + parcetamol) - Dulcolax 2 tablet PO - Dressing (tiap pagi) - Anjurkan pasien untuk mobilisasi - Anjurkan pasien makan, minum sedikit-sedikit - Observasi TTV : TD : 127/69 mmHg N : 80 x/mnt P : 20 x/mnt S : 36 oC SPO2 : 99 % Bidan dan mahasiswa 4 07/08/2011 - Rawat luka (betadine + alkohol) - Amoxicillin 500 mg PO, TID - Parcetamol 500 mg PO, TID - Stop IV (canula up) - Mobilisasi - Makan, minum - Durkoulax 2 tablet PO - Observasi TTV : TD : 125/79 mmHg N : 79 x/mnt P : 20 x/mnt S : 36 oC SPO2 : 100 % Bidan dan mahasiswa 5 08/08/2011 - Dressing (betadine + alkohol) - Up hecting - BAB lancar - Makan, minum lancar - Mobilisasi lancar - Amoxicillin 500 mg PO, TID - Parcetamol 500 mg PO, TID - Monitor TTV : TD : 127/69 mmHg N : 80 x/mnt P : 20 x/mnt S : 36 oC SPO2 : 100 % Bidan dan mahasiswa 6 09/08/2011 - Dressing (betadine + alkohol) - Observasi TTV : TD : 126/69 mmHg N : 79 x/mnt P : 20 x/mnt S : 36 oC SPO2 : 100 % Bidan dan mahasiswa VIII. EVALUASI S : Pasien mengatakan cemas/ takut terhadap perdarahannya. O : Pasien kelihatan sehat (Ibu dan Anak) A : Masalah teratasi P : stop intervensi Nasehat yang diberikan :  Ibu istirahat  Nutrisi  Seksual  Follow up  Imunisasi baby  Di anjurkan menyesui  Personal hygiene  KB (sudah tubektomi)  Pasien pulang   BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Setelah dilakkukan asuhan kebidanan selama 6 hari pada pasien Ny D.M dengan Plasenta Previa di Ruang Maternidade Hospital Referal Maubisse - Ainaro, maka penulis dapat menarik kesimpulan : 1) Plasenta previa merupakan plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. 2) Berdasarkan data – data yang diperoleh dari observasi pasien maupun catatan medis pasien ada pengkajian yang dilakukan pada pasien Ny D.M selama 6 hari. 3) Dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien Ny D.M penulis melakukan kolaborasi dengan bidan ruangan, keluarga dan tenaga kesehatan lain. 4) Pada saat dilakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada pasien Ny D.M semuanya masalah teratasi. 4.2 SARAN Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam pemberian asuhan kebidanan agar menjadi lebih baik : 1) Kepada masyarakat umumnya dan kepada ibu hamil khususnya agar selalu melakukan antenatal secara teratur agar mudah dideteksi kelainan kelainan yang terjadi misalnya saja seperti kelainan letak pada janin agar tidak terlambat dalam pertolongan. 2) Kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya. DAFTAR PUSTAKA Manuaba, Ida Bagus (1998), “Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana” Jakarta : EGC Mansjoer, Arif (2001), “Kapita Selekta Kedokteran”. Jakarta : EGC. Mucthar, Rustam (1998), “Sinopsi Obstetri Fisiologi”. Jilid 2, Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono (2009), “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : YBPS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUS INCOMPLIT

ABORTUS INCOMPLIT 1. Definisi Abortus Inkomplit  Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar.  Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap) sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim.  Abortus inkomplit adalah jika sebagian telur telah lahir tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Anak baru mungkin hidup didunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. Macam– Macam Abortus Inkomplit Abortus dapat dibagi sebagai berikut, yaitu : a. Abortus Spontan Terjadi dengan sendiri / keguguran, merupakan ± 20% dari semua abortus. b. Abortus Provacatus Terjadi disengaja / digugurkan, merupakan ± 80% dari semua abortus. Dibagi lagi menjadi 2, yaitu : a. Abortus provacatus artificialis atau abortus therapeutiony b. Abortus provacatus Criminalis 2. Etiologi Ada beberapa factor penyebab terjadinya abortus, yaitu : a. Faktor Genetik Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. b. Faktor Anatomi Faktor anatomi congenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10–15% wanita dengan abortus spontan yang rekuren. Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus mullerian (uterus bersepta). Duktus Mullerian biasanya ditemukan pada kegugran trimester ke dua. Kelainan congenital arteri uterine yang membahayakan aliran darah endometrium. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterine (synechia), leimioma dan endometriosis. c. Faktor Endokrin Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10– 20 % kasus. Insufisiensi fase luctal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya produksi progesteron), hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikstik ovarium merupakan factor kontribusi pada keguguran. d. Faktor Infeksi Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus) dan malaria. e. Faktor Imunologi Terdapat anti bodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah di belakang ari– ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari– ari tersebut. 3. Gejala dan Tanda Gejala– gejalanya sebagai berikut : a. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan pendarahan berlangsung terus b. Sering servix tetap terbuka, karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allienum. Maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama servix akan menutup kembali. Tanda– tandanya sebagai berikut, dapat berupa amenorea, sakit perut dan mulas– mulas. Perdarahan bias sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku), sudah ada keluar fetus atau jaringan, pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokartus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli. Sering terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan, leukositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yag baru saja terjadi didapati serviks terbuka. Kadang– kadang dapat diraba sisa– sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteril serta uterus berukuran kecil dari seharusnya. 4. Patogenesa Fetus dan plasenta keluar bersama pada saat aborsi yang terjadi sebelum minggu ke sepuluh, tetapi terpisah. Kemudian ketika plasenta, seluruh atau sebagian tertinggal di dalam uterus, perdarahan terjadi dengan cepat atau kemudian pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas karena dianggap benda asing. Maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena vili kanalis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktifitas kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan banyak terjadi pendarahan. Teknik tradisional yang biasa digunakan pada abortus provokatus kriminalis adalah sebagai berikut : 1. Masase yang lama dan kuat pada fundus uterus 2. Kawat - kawat tajam ke dalam vagina dan serviks 3. Minum ramu-ramuan, substansi yang kaustik 4. Daun-daun, akar -akar, kayu - kayuan dan pewarna 5. Minum obat - obat kontrasepsi dalam jumlah yang banyak sekaligus Memang ada yang lompat dari tempat yang tinggi, melakukan hubungan seksual dengan keras dan dalam waktu yang lama. 5. Diagnosis Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan : a. Anamnesis - Adanya amenore pada masa reproduksi - Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi - Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis b. Pemeriksaan Fisis - Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan - Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina - Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol - Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak. c. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, trombosit., dan GDS. - Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi. 6. Penatalaksanaan 1. Abortus inkomplit harus dibersihkan dengan curettage atau secara digital atau MVA (Manual Vacum Apirasion), selama masih ada sisa– sisa plasenta akan terus terjadi perdarahan. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup. 2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat a. Amoxicillin, parcetamol, multivitamin,/SF, metengin. b. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi. c. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dilihat dari keluhan utama pasien observasi dalam 2 jam bisa pulang kerumah. Bila ada perdarahan banyak pasien dianjurkan untuk cepat kembali klinik atau rumah sakit. 7. Komplikasi a. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, segera dilakukan laparatomi. c. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat. d. Infeksi Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas. DAFTAR PUSTAKA Mansjoer Arief , (1999). “Kapita Selekta Kedokteran” Jilid I Edisi Ke-3. media Asculapius. Jakarta. Erica Ruyston. (1989). “Pencegahan kematian Ibu Hamil”. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta Rustam Muchtar. (1998). “Sinopsis Obstetri Fisiologi”. Penerbit EGC. Jakarta Henderson, Cristine Kathleen Jones. (1997). “Konsep Kebidanan”. EGC. Jakarta

Kamis, 19 Juli 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN J.S DENGAN TUBERCULOSIS DI RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES – DILI TINAN 2011

TUBERCULOSIS PARU A. TINJAUAN TEORITIS I. Definisi Tuberculosis (TBC) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. (Arif dkk, 2000). Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. (Sugino, 2007). Tuberculosis atau TBC adalah infeksi karena bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang dapat merusak paru-paru tetapi dapat juga mengenai sistem saraf sentral (meningitis, sistem lympatic, sistem neurologi (miliary TB), sistem genitourinary tulang dan sendi. (Yoannes,2008). Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang bervariasi. (KSK edisi III Jilid I). Tuberkulosis (TB) Paru adalah infeksi paru menular yang disebabkan Mycobacterium Tuberculosis ditandai dengan adanya granulosa necrosis dan pengkajian (Patofisiologi Edisi IV, Jilid II). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasannya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Klasifikasi Tuberculosis Paru Untuk menentukan klasifikasi penyakit TBC, ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut : • Organ tubuh yang sakit : paru dan ekstra paru. • Hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam (BTA) : positif dan negatif • BTA merupakan bakteri yang tidak rusak dengan pemberian asam • Tingkat keparahan penyakit Klasifikasi TBC : TBC paru adalah TBC yang menyerang jaringan paru-paru. Tuberculosis paru dibedakan menjadi 2 macam,yaitu sebagai berikut : a. BC paru BTA positif (sangat menular) 1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak,memberikan hasil yang positif. 2. Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen dada menunjukkan TBC aktif b. TBC paru BTA negatif Pemeriksaan dahak positif negative atau foto rontgen dada menunjukkan TBC aktif, positif negatif yang dimaksudkan disini adalah “hasilnya meragukan”, jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif. 2 TBC ekstra paru adalah TBC yang menyerang organ tubuh lain selai paru-paru, misal selaput paru,selaput otak, selaput jantung, kelenjar getah bening (kelenjar), tulang, persendian kulit, usus, ginjal, saluran kencing. (Yoannes,2008). II. Etiologi Penyebab TB paru adalah Mycobacterium Tuberculosis sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1µ - 4µ dan tebal 0,3µ – 0,6µ. Yang tergolong dalam kuman Mycobacterium Tuberculosis complex : 1. Mycobacterium Tuberculosis 2. Varian Asian 3. Varian African 4. Varian African II 5. Mycobacterium bovis Penyakit TBC adalah sutu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai batang Tahan Asam (BTA) . Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama Basil Koch. Bahkan, Penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). (Ahmad,2008). Selanjutnya menurut (Dr. Halim, 2000) akan dikemukakan beberapa hal yang prinsip : a. Mycobacterium tuberculosis termasuk familie Mycobactericiae yang mempunyai beberapa genus, satu diantaranya adalah mycobacterium, yang salah satu spesiesnya adalah Mycobacterium tuberculosis. b. Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi - Manusia adalah tipe humanis (kemungkinan infeksi type bovinus saat ini dapat diabaikan, sehingga higiene peternakan makin ditingkatkan). - Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam,sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnainya secara khusus.oleh karena itu,kuman ini disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). - Karena sebenarnya Mycobacterium pada umumnya tahan asam, secara teoritis BTA belum tentu identik ddengan basil TB. Tetapi karena dalam keadaan normal penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain (yaitu mycobacterium atipik) jarang sekali ditemukan, dalam praktek BTA dianggap identik dengan basil TB. - Untuk bakteri-bakteri yang lain hanya diperlukan beberapa menit sampai 20 menit sampai mitosis, basil TB memerlukan waktu 12 sampai 24 jam.hal ini memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2-3 hari sekali). Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja akan mati. ternyata kerentanan ini terutama terhadap golombang cahaya Ultraviolet. Basil TB juga rentan. Basil TB juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TB yang dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu 100 derajat. Basil TB juga akan terbunuh dalam beberap menit bila terkena alkohol 70%, atau lisol 5%. Penularan terjadi melalui udara dan selain itu jumlah kuman yang terdapat pada saat batuk adalah lebih banyak tuberculsosis dibandingkan dengan tuberculosis pada orang lainnya. (Prof. Dr. H. Slamet Suyono, Spd, KE dkk, 2001). Sumber penularan adalah penderita TBC yang mengandung kuman Tuberculosis. TBC menular melalui udara bila penderita batuk, bersin, berbicara dan percikan dahaknya yang mengandung kuman tuberculosis melayang-layang diudara dan terhirup oleh orang lain kedalam saluran pernefasan. III. Manifestasi Klinis Gejala penyakit Tuberculosis ini dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. a. Gejala Sistemik (Umum) • Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disetai keringat malam, kadang-kadang serangan seperti influensa dan bersifat hilang timbul. • Penurunan nafsu makan dan berat badan • Batuk sekama lebih dari 30 hari (dapat juga disertai darah) • Perasaan tidak enak (malaise) lemah. • Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple • Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare. b. Gelaja Khusus • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena,bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju keparu-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak. • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. • Pada anak-anak akan mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada anak tidak menimbulkan gejala, TBC dapat dideteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC Patu dewasa. kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC memberi test uji tuberculin positif. pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi atau darah. (Supeno, 2007). Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah. Keluhan utama penderita tuberculosis paru : a. Demam : Menyerupai demam influenza, demam naik turun, dipengaruhi daya tahan tubuh dan berat ringannya infeksi kuman TB. b. Batuk atau Batuk Darah : Adanya infitrasi pada bronkus c. Sesak Napas (Dyspnea) : Ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya meliputi sudah setengah paru-paru. d. Nyeri Dada : Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya. e. Malaise : Ditemukan berupa anoreksia, makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. IV. Diagnosa Medik Dan Patofisiologi a. Diagnosa Medik : Tuberculosis Paru b. Patofisiologi 1. Tuberculosis Primer Pada sesorang yang belum pernah kemasukkan basil TB, tes tuberkulin akan negatif karena sistem imunitas seluler belum mengenai basil TB, bila seorang ini mengalami infeksi oleh basil TB, walau segera diprognosis oleh makrofag basil TB akan mati, bahkan makrofagnya akan mati. Dengan demikian, basil TB ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa dalam 2 minggu pertama di alveolus paru, dengan kecepatan 1 basil menjadi 2 basil setiap 20 jam, sehingga pada infeksi oleh 1 basil saja, setelah 2 minggu akan bertambah menjadi 100.000 basil (HLOM,1970). 2. Tuberculosis Sekunder Yang dimaksud Tuberculosis sekunder adalah penyakit TB yang baru timbul setelah 5 tahun terjadinya infeksi primer, mulai sekarang apa yang disebut TB post-primer, secara internasional diberi nama baru, Tuberculosis sekunder (STYBLO,1978) patogenesisnya mencakup 2 jalur. Bila terjadi Sistem pertahanan tubuh (dalam hal ini sistem imunitas seluler) melemah, Basil-basil TB sedang “tidur” dapat aktif kembali. Proses ini disebut reinfeksi endogen. Dapat pula terjadi super-infeksi basil-basil TB baru dari luar, terutama dinegara-negara dengan prevalensi TB yang masih tinggi, kemungkinan ini tidak boleh diabaikan. cara infeksi denan basil-basil baru disebut reinfeksi eksogen. (Dr.Halim,2000). V. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjuntiva mata dan kulit yang pucat karena anemia, suhu demam, subferis, badan kurus dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainanpun terjadi pada kasus-kasus dini. Dan yang sudah terfiltrasi secara asimtomatik. Demikian juga bila serang penyakit terletak didalam akan sulit menemukan pada pemeriksaan fisik. TB paru jadi sulit dibedakan dengan pneumonia biasa. Tempat kelainan lesi TB paru yang dicurigai adalah bagian apeks (puncak) paru. 2. Pemeriksaan Radiologi Pada awal penyakit dimana lesi masih merupakan sarang sarang pneumonia gambaran radiologis adalah berupa bercak bercak seperti awan dengan bekas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat dan terlihat bayangan berupa bulatan dengan bekas yang tegas. Gambaran TBC milier berupa bercak bercak halus tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiologis lain yang sering menyertai TBC paru adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, pneumothorak (bayangan hitam radio lusen di pinggir paru atau pleura). 3. Pemeriksaan Laboratorium Dalam pemeriksaan laboratorium pada penyakit Tuberculosis dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : a. Darah Pemerikasaan ini kurang medapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitive dan juga tidak espesifik. Pada tuberculosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumah leukosit yang sedikit meningi dengan jumlah hitung jenis pergeseran kekiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal, laju endap mulai meningkat, bila penykait mulai sembuh jumlah leukositnya kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap mulai turun kearah normal lagi. Hasil pemeriksaan lain didapatkan juga : • Anemia ringan dengan gambaran monokrom dan normositer • Gama globulin meningkat • Kadar natrium darah menurun b. Sputum (air ludah) : • Pemerikasaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa • Pemerikasaan sediaan langsung dengan mikroskop flurosens (pemeriksaan khusus) • Pemeriksaan dengan biakan (kultur) • Pemeriksaan terhadap resistensi obat 4. Test Tuberculin Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin purified protein derivated intrakutan berkekuatan 5 T>U. Pemeriksaan masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosa tuberculosis terutama pada anak-anak (Balita) :  Pasien yang baru 2-10 minggu terpanjanng tuberculosis  Energy penyakit sistemik berat  Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit pada limpretikular (hodgien)  Penyakit eksatomatous dengan panas yang akut : morbili, cacar air, poliomilitis  Pemeriksaan kortikosteroid yang lama pemberian obat-obatan imunosupresi. Memastikan Penyakit TBC : Untuk memastikan bahwa seseorang menderita penyakit TBC atau tidak,dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :  Untuk mengetahui secara pasti seseorang menderita penyakit TBC, dilakukan pemeriksaan pada dahak/riaknya,bukan ludahnya,  Pemeriksaan dahak dilakukan sebanyak 3 kali selama 2 hari yang dikenal dengan istilah SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) a. Dahak Sewaktu (hari pertama) Dahak penderita diperiksa dilaboratorium sewaktu penderita datang pertama kali. b. Dahak Pagi (hari kedua) Sehabis bangun tidur keesokan harinya,dahak penderita ditampung dalam pot kecil yang diberi petugas laboratoriun,ditutup rapat,dan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. c. Dahak Sewaktu (hari kedua) Dahak penderita dikeluarkan lagi dilaboratorium (penderita datang kelaboratorium) untuk diperiksa.  Jika hasil positif, orang tersebut dapat dipastikan menderita penyakit TBC. (Dr. Yoannes, 2008). VI. Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas dua yaitu : komplikasi dini dan komplikasi lanjut. 1. Komplikasi Dini Pleuritis, efusi pleural, empiema, laringitis, menjalar ke organ lain (usus), pocents arthropoda. 2. Komplikasi Lanjut • Obstruksi jalan napas → SOPT (Sinar Obstruksi Pasca Tuberculosis) • Kerusakan parenkim berat → SOPT atau fibrosis paru, korpulmonal • Amiloidosis • Karsinoma paru • Sindrom gagal napas dewasa (ARDS) sering tejadi pada TB millier dan kavitas TB. VII. Penatalaksanaan Pengobatan Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan gejala pulmonal dan sistemik, untuk mengembalikan pasien pada kehidupan kesehatan, bekerja, dan keluarga secepat mungkin, dan untuk mencegah penularan infeksi pada orang lain. a. Pengobatan Pemakaian obat tunggal banyak terjadi resistensi karena sebagian besar kuman Tuberkulosis memang dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak, maka terapi Tuberkulosis dilakukan dengan memakai paduan obat. Dengan paduan 2 obat ini kemungkinan awal dapat diabaikan karena : jarang ditemukan retensi terhadap 2 macam obat atau lebih dan pola retensi terbanyak adalah terhadap INH. Jenis Obat : 1) Oba primer : Isoniazid, Rifampisin, Pyrazinamid, Streptomisin, Etambutol. 2) Obat sekunder : Etionamid, Prorionamid, Sikloscren, Kanamisin, Para amine salicylic acid, Tiasetazon, Viomycin, Kapremisy. Dosis obat :  Obat TBC harus diminum secara teratur sampai pasien dinyatakan sembuh  Lama pengobatan umumnya berlangsung selama 6-8 bulan  Selama 2 bulan pertama,8 tablet sekaligus diminum setiap hari  Pada 4 bulan berikutnya,3 table sekaligus diminum seminggu 3 kali  Obat diminum satu per satu,dan harus habis dalam 2 jam  Sebaiknya obat diminum sebelum makan pagi,atau sebelum tidur malam (Joko,dkk 2003). b. Pencegahan - Kemoprofilaksis - Vaksinasi BCG - Program Kontrol c. Kegagalan pengobatan Sebab sebab kegagalan pengobatan: 1) Obat - Paduan obat tidak adekuat - Dosis obat tidak cukup - Minum obat tidak teratur - Jangka waktu pengobatan kurang dari semestinya - Terjadi resistensi obat 2) Drop Out - Kekurangan biaya pengobatan - Merasa sudah sembuh - Malas berobat 3) Penyakit - Lesi paru yang sakit terlalu luas - Adanya penyakit lain yang menyertai seperti DM - Adanya gangguan imunologis Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih.penyakit TBC bisa disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik. Untuk mengetahui perkembangannya yang kebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah,sputum urine dan X-ray atau raontgen setiap 3 bulannya. Menurut (Tjandra,2006) ,pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : • Obat harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat ,dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. • Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOTS = Directly Observed Teratment, Short- course chemotherapy) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap awal intensif dan tahap lanjutkan. 1. Tahap Awal (Intensif) - Pada tahap awal intensif (awal) pasien mendapat 3 atau 4 obat sekaligus setiap hari selama 2 bulan dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. - Bila pengobatan tahan intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dala kurun waktu 1-2 bulan. 2. Tahap Lanjutan - Pada tahap lanjutan pasien pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,2 macam saja, namun dalam jangka waktu yang lebih lama biasanya 4 bulan. - Obat dapat diberikan setiap hari maupun secara intermiten, beberapa dalam 1 minggu. - Tahap lanjutan penting adalah untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tabel paduan OAT (Obat Anti Tuberculsis) pada TB paru (WHO, 1993) Paduan OAT Klasifikasi & Tipe penderita Fase Awal Fase Lanjutan Kategori 1 • BTA (+) baru • Sakit berat : BTA (+) 2HRZS(E) 2RHZS(E) 4RH 4R3H3 Kategori 2 Pengobatan ulang : • Kambuh BTA (+) • Gagal 2RHZES/1RHZE 2RHZES/1RHZE 5RHE 5R3H3E3 Kategori 3 • TB paru BTA (-) • TB luar paru 2RHZ 2RHZ/2R3H3Z3 4RH 4R3H3 Keterangan : 2 RHZ = Tiap hari selama 2 bulan 4 RH = Tiap hari selama 4 bulan 4 H3R3 = 3 kali seminggu selama 4 bulan Obat-obat penting untuk pengobatan tuberculosis adalah sebagai berikut : 1. Bakterisid : Isoniazid (INH), Rifampicin (R), Pyrazinamid (P), Streptomycin (S). 2. Bakteriostatik : Etambutol (E) VIII. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan infeksi paru. 2. Perubahan pola napas berhubungan dengan batuk. 3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pola pernapasan tidak efektif. 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun. 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan batuk, sesak, berkeringat dingin, cemas. Sumber : Widayanti wilandari (1996), “Pengobatan Tubekulosis, Pedoman Untuk Program Nasional”. Hipokrates, Jakarta : EGC. WHO (2001), “Global Tuberkulosis Control”, Geneva WHO. Dr. Prof Suyono Slamet, (2001), “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam” Jilid II Edisi Ketiga, Jakarta : Balai Penerbit FKUI. John crofton dkk (2002), “Tuberkulosis Klinis”. Widya Medika, Jakarta : EGC http://www.google.com “Manual Pemberantasan Penyakit Menular”.