Sabtu, 21 Juli 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUS INCOMPLIT

ABORTUS INCOMPLIT 1. Definisi Abortus Inkomplit  Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar.  Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap) sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim.  Abortus inkomplit adalah jika sebagian telur telah lahir tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Anak baru mungkin hidup didunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. Macam– Macam Abortus Inkomplit Abortus dapat dibagi sebagai berikut, yaitu : a. Abortus Spontan Terjadi dengan sendiri / keguguran, merupakan ± 20% dari semua abortus. b. Abortus Provacatus Terjadi disengaja / digugurkan, merupakan ± 80% dari semua abortus. Dibagi lagi menjadi 2, yaitu : a. Abortus provacatus artificialis atau abortus therapeutiony b. Abortus provacatus Criminalis 2. Etiologi Ada beberapa factor penyebab terjadinya abortus, yaitu : a. Faktor Genetik Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. b. Faktor Anatomi Faktor anatomi congenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10–15% wanita dengan abortus spontan yang rekuren. Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus mullerian (uterus bersepta). Duktus Mullerian biasanya ditemukan pada kegugran trimester ke dua. Kelainan congenital arteri uterine yang membahayakan aliran darah endometrium. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterine (synechia), leimioma dan endometriosis. c. Faktor Endokrin Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10– 20 % kasus. Insufisiensi fase luctal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya produksi progesteron), hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikstik ovarium merupakan factor kontribusi pada keguguran. d. Faktor Infeksi Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus) dan malaria. e. Faktor Imunologi Terdapat anti bodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah di belakang ari– ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari– ari tersebut. 3. Gejala dan Tanda Gejala– gejalanya sebagai berikut : a. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan pendarahan berlangsung terus b. Sering servix tetap terbuka, karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allienum. Maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama servix akan menutup kembali. Tanda– tandanya sebagai berikut, dapat berupa amenorea, sakit perut dan mulas– mulas. Perdarahan bias sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku), sudah ada keluar fetus atau jaringan, pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokartus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli. Sering terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan, leukositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yag baru saja terjadi didapati serviks terbuka. Kadang– kadang dapat diraba sisa– sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteril serta uterus berukuran kecil dari seharusnya. 4. Patogenesa Fetus dan plasenta keluar bersama pada saat aborsi yang terjadi sebelum minggu ke sepuluh, tetapi terpisah. Kemudian ketika plasenta, seluruh atau sebagian tertinggal di dalam uterus, perdarahan terjadi dengan cepat atau kemudian pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas karena dianggap benda asing. Maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena vili kanalis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktifitas kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan banyak terjadi pendarahan. Teknik tradisional yang biasa digunakan pada abortus provokatus kriminalis adalah sebagai berikut : 1. Masase yang lama dan kuat pada fundus uterus 2. Kawat - kawat tajam ke dalam vagina dan serviks 3. Minum ramu-ramuan, substansi yang kaustik 4. Daun-daun, akar -akar, kayu - kayuan dan pewarna 5. Minum obat - obat kontrasepsi dalam jumlah yang banyak sekaligus Memang ada yang lompat dari tempat yang tinggi, melakukan hubungan seksual dengan keras dan dalam waktu yang lama. 5. Diagnosis Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan : a. Anamnesis - Adanya amenore pada masa reproduksi - Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi - Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis b. Pemeriksaan Fisis - Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan - Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina - Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol - Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak. c. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, trombosit., dan GDS. - Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi. 6. Penatalaksanaan 1. Abortus inkomplit harus dibersihkan dengan curettage atau secara digital atau MVA (Manual Vacum Apirasion), selama masih ada sisa– sisa plasenta akan terus terjadi perdarahan. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup. 2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat a. Amoxicillin, parcetamol, multivitamin,/SF, metengin. b. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi. c. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dilihat dari keluhan utama pasien observasi dalam 2 jam bisa pulang kerumah. Bila ada perdarahan banyak pasien dianjurkan untuk cepat kembali klinik atau rumah sakit. 7. Komplikasi a. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, segera dilakukan laparatomi. c. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat. d. Infeksi Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas. DAFTAR PUSTAKA Mansjoer Arief , (1999). “Kapita Selekta Kedokteran” Jilid I Edisi Ke-3. media Asculapius. Jakarta. Erica Ruyston. (1989). “Pencegahan kematian Ibu Hamil”. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta Rustam Muchtar. (1998). “Sinopsis Obstetri Fisiologi”. Penerbit EGC. Jakarta Henderson, Cristine Kathleen Jones. (1997). “Konsep Kebidanan”. EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar